“pandanglah KARYANYA, bukan FISIKNYA!”
Cacat adalah sebuah kondisi fisik dan mental seseorang, kecacatan tersebut bisa disebabkan karena bawaan gen atau karena suatu kecelakaan yang menyebabkan fisik dan mentalnya menjadi tidak normal dan berbeda dari orang-orang lainnya. Mereka terlihat dan terkesan berbeda, beberapa orang belum mampu menerima perbedaan yang mereka miliki, karena menerima perbedaan tak semudah menerima suatu kesamaan. Tapi, karena perbedaan yang mereka miliki, apa pantas menyalahkan kondisi fisik dan mental seseorang kalau bahkan saat lahir mereka juga tidak dapat meminta sebuah kenormalan pada Tuhan? Apakah pantas menjauhi seseorang karena ketidaknormalan yang ada dalam dirinya?
Manusia punya hobi unik, yaitu lebih MUDAH melihat KEKURANGAN daripada memperhatikan KELEBIHAN. Dan, menurut saya hal itu sangat menyakitkan, bukankah setiap manusia pasti punya kekurangan? Lalu, kalau sama-sama memiliki kekurangan kenapa harus menganggap kekurangan itu sebagai hal yang ANEH? Dan, beberapa hobi terselubung manusia adalah sulit untuk melihat isi hati seseorang tapi sangat mudah menilai dari kondisi fisik seseorang. Ah, inilah “derita” yang harus diemban orang-orang seperti mereka (yang memiliki kondisi cacat) dan orang-orang jelek seperti saya (*ups* *keceplosan* #SangatSesuatuBangetYaaah).
Kembali ke penyandang cacat, mereka kadang tidak dihargai oleh beberapa orang dan dipandang sebelah mata oleh orang-orang yang belum tentu mengetahui dan mengerti potensi mereka. Sebenarnya beberapa dari mereka ada yang sangat berpotensi dalam bidangnya, bahkan ada pula yang kemampuannya jauh lebih baik daripada orang-orang yang normal secara fisik. Mau contoh KONKRITnya? Oke!
- Beethoven, Maestro Musik Klasik yang Tuli
- Wahyu Triwibowo, atlet yang berhasil membawa pulang 1 medali emas bulutangkis ganda putra tunarungu
Beliau menyandang tuna rungu sejak 16 bulan, tapi dalam keterbatasannya, beliau tetap berprestasi. Dan, beberapa sebab yang mampu membakar semangatnya adalah ORANGTUA. Kunci pertama dari prestasi seseorang yang cacat adalah KEMAUAN orangtua untuk MENYEMANGATI dan MENDUKUNG apapun cita-cita anaknya. So, selain kemauan diri sendiri, orangtua juga harus turut andil menyemangati anaknya.
- John Nash, Ilmuwan matematika yang menderita schizophrenia
Nah, itulah kisah beberapa penyandang cacat yang tetap mampu menghasilkan KARYANYA. Setelah melihat kisah mereka, masih mau nih mengucilkan dan memandang sebelah mata orang-orang cacat? Jangan pandang FISIKNYA, tapi LIHAT POTENSI dan KARYANYA! Cacat FISIK belum tentu cacat HATI :)
3 Desember 2011, hari penyandang cacat
Semoga setelah membaca tulisan ini, saya berharap lebih bahwa orang-orang yang punya “hobi” memandang KEKURANGAN orang lain lebih TERBUKA matanya, dan lebih PERASA pada PERBEDAAN dan KEKURANGAN yang ada dalam lingkungannya :)
with love :)
0 komentar:
Posting Komentar