Pages

Subscribe:

Ads 468x60px

Minggu, 15 April 2012

Ini Dia Strategi Ericsson Setelah "Cerai" Dengan Sony

President Director Ericsson Indonesia Sam Saba di Marche, Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (8/3/2012). 
 
Ericsson memang telah berpisah dengan Sony dalam bisnis ponsel. Ericsson pun berniat fokus sebagai penyedia jaringan mobile.

President Director Ericsson Indonesia Sam Saba menjelaskan, sebagai perusahaan yang sudah ada lebih dari 100 tahun di Indonesia, Ericsson akan berkomitmen melayani seluruh operator dan pelanggan telekomunikasi khususnya Indonesia.

"Kita tidak akan membuat ponsel seperti dulu lagi. Kita akan melayani business to business, bukan business to consumer," kata Saba selepas Media Gathering Ericsson Indonesia di Marche Resto Plaza Senayan, Jakarta, Kamis (8/3/2012).

Menurutnya, kini sudah banyak vendor yang memproduksi ponsel serupa. Jika bermain dalam bisnis yang sama, Ericsson akan berkompetisi dengan vendor yang ada.

Saat membuat ponsel dengan Sony dulu, pihak Ericsson hanya membuat perusahaan patungan (Joint Venture) dengan Sony bernama Sony Ericsson. Setelah resmi bercerai pada 15 Februari lalu, kedua perusahaan ini pun masing-masing fokus ke bisnisnya semula.

"Saat ini semua orang bisa memiliki ponsel. Bahkan ada juga yang memiliki ponsel lebih dari satu buah. Yang diperlukan saat ini adalah kecepatan dan kemudahan dalam jaringan. Kamilah yang menyediakan jaringannya itu," tambahnya.

Kompetisi di jaringan


Mengenai kompetisi dengan perusahaan infrastruktur lain, Saba hanya menjelaskan pihaknya sudah siap. Namun tidak menjelaskan rinci strategi apa yang akan diterapkan di Indonesia.

Menurut Saba, Indonesia akan menjadi sangat menantang dibandingkan pengalamannya sebelum ini di Timur Tengah dan Australia.

Australia, ia menjelaskan, hanya berupa satu daratan besar dan hanya dihuni oleh 23 juta jiwa. Industri telekomunikasi di sana pun sudah mengalami kejenuhan (saturasi).

Sedangkan di Indonesia, dengan jumlah penduduk lebih dari 230 juta jiwa dan merupakan negara kepulauan, tantangan dan peluangnya jauh lebih besar.

"Di Australia sudah mengarah ke pengembangan aplikasi. Sementara Indonesia masih memerlukan technology service. Saat ini baru sekitar 160 juta masyarakat yang sudah terhubung, berarti masih ada potensi bagi kita untuk masuk dan menyediakan jaringan bagi mereka," jelasnya.

Tantangan pengguna data


Dengan makin beragamnya ponsel pintar, tablet hingga komputer atau perangkat apapun yang terhubung dengan internet, maka kebutuhan pengguna dalam mengakses data juga besar.

Kebutuhan akses data yang besar ini perlu diantisipasi dengan jaringan yang mumpuni dari pihak operator. Di situ, tuturnya, peranan Ericsson.

Selain itu, perangkat ponsel pintar yang sudah mendukung koneksi internet juga harus diperbanyak dan dipermudah agar kemampuan daya beli masyarakat terhadap produk telekomunikasi juga semakin besar.

"Masuknya ponsel pintar akan membuat konsumsi data di ponsel akan meningkat. Operator harus menyiapkan itu," katanya.

Di sisi lain, ia juga melihat ada persaingan tarif dan persaingan harga perangkat infrastruktur jaringan.

Selama ini, Ericsson telah mendapat klien dari perusahaan telekomunikasi terkemuka di Indonesia. Contohnya Telkom Group (Telkom dan Telkomsel), PT Indosat Tbk, PT Axis Telekom Indonesia dan PT XL Axiata Tbk.

"Kebanyakan mereka sudah menerapkan teknologi Base Transceiver Station (BTS) Long Term Evolution (LTE) atau 4G dari Ericsson," jelasnya.

Hingga saat ini, pangsa pasar Ericsson secara global sampai 2011 mencapai 38 persen. Di Indonesia juga sekitar 30-40 persen dari total pelanggan telekomunikasi yang berjumlah lebih dari 100 juta.

Operator sudah siap LTE


Kendati jaringan LTE di Indonesia baru siap pada 2018 (skenario terburuk dari Kementerian Komunikasi dan Informatika), tapi operator di Indonesia sudah menyiapkan perangkat BTS LTE dari Ericsson.

Hal itu disebabkan semua negara rata-rata sudah menerapkan teknologi LTE tersebut, terutama di negara-negara maju. Sehingga para operator pun mau tak mau harus bersiap diri.

Ericsson menawarkan BTS seri RBS6000 yang diklaim sudah memenuhi teknologi jaringan GSM, 3,5G hingga jaringan LTE, hanya dalam satu kabinet.

"Operator hanya menambahkan board, tanpa perlu biaya investasi yang besar untuk mengganti semua BTS yang ada," kata VP Marketing Communication Ericsson Indonesia Hardyana Syntawati.

0 komentar:

Posting Komentar